Seiring maraknya tindakan teroris
di era 1970 – 1980 yang sering melakukan kegiatan pembajakan di wilayah
fasilitas umum seperti melakukan pembajakan di pesawat udara komersil, gedung,
kereta api dan lainnya, maka Indonesia untuk mengantisipasinya segera membentuk
suatu pasukan Penanggulangan Teror (Gultor). Gultor yang diinginkan, Pasukan
yang kecil dan berdaya guna dan dipilih dari pasukan – pasukan elite Angkatan
Datarat (Kopassandha), Angkatan laut (Marinir dan Paska), dan Angkatan Laut
(Kopasgat).
Namun dengan pertimbangan
pertimbangan yang memadai, Kepala Badan Inteljen Strategis ABRI pada saat itu,
LB Murdani menetapkan sebuah kesatuan baru setingkat Detasemen di lingkungan
Kopassandha. Pada tanggal, 30 juni 1982,
lahirlah Detasemen – 81 (Den-81) Kopassandha dengan Komandan pertama ditunjuk
Mayor Infanteri Luhut Binsar Panjaitan dengan wakilnya Kapten Infanteri Prabowo
Subianto. Kedua perwira tersebut, sebelumnya sempat dikirim ke pasukan khusus
German, Grenzschutzguppe-9 ( GSG-9) untuk menimba ilmu anti teror.